Tanjungbalai, Delinewstv – Puluhan tahunan lamanya, dua
orang abang adik Aprilandi (22) dan M. Yusuf (18), anak buah hati dari bapak
Hendra (45) dan ibu Wahyuni (41) yang tinggal di Gg. Keluarga, Lingkungan I,
Kelurahan Sirantau, Kecamatan Datuk Bandar Kota Tanjung Balai, Sumatera Utara
menderita penyakit gizi buruk dan urat terjepit.
Kisah
keluh sedih tersebut yang didapat dari beberapa media sosial, mendapat respon
dari Satuan Wartawan Polres (Satwares) Tanjung Balai pada Minggu (16/8/2020)
sekira pukul 14:00 WIB langsung mengunjungi kediaman dua orang anak dari Hendra
dan Wahyuni.
![]() |
Foto : April dan Yusuf bersama Wahyuni (ibunya) dan Hendra (ayahnya) butuh perhatian Pemerintah |
Kondisi
yang menyedihkan (terlihat pada foto), kedua buah hati Hendra dan Wahyuni
terlihat terbaring dengan tulang terbungkus kulit.
Dalam
kunjungan bakti sosial grup Satwares di HUT RI ke 74 di kediaman Aprilandi dan
M.Yusuf sekaligus memberikan tali asih berupa sembako dan sedikit uang tunai
dan memberi semangat pada keluarga Hendra dan Wahyuni.
Wahyuni
yang didampingi suaminya Hendra kepada grup Satwares yang hadir mengatakan
bahwa kedua anaknya lahir normal, beranjak di usia 22 tahun Aprilandi anak
sulungnya menderita saraf terjepit dan adiknya M.Yusuf beranjak di usia 18
tahun menderita gizi buruk.
“Kedua anak kami lahir normal tanpa cacat, tetapi ketika
beranjak usia 22 tahun, dari hasil medis, Aprilandi anak sulung kami menderita
sakit urat terjepit, dan menyusul adiknya beranjak usia 18 tahun menderita gizi
buruk, dan kedua anak kami hanya bisa terbaring,” kata Wahyuni.
Lanjut
Wahyuni ibu April dan Yusuf yang didampingi suaminya Hendra mengatakan, puluhan
tahun lamanya, kedua anaknya hanya bisa terbaring di lantai, dan untuk makan
harus disuapi kedua orang tuanya.
“Kami hanya berharap bantuan dari para dermawan, dan
kiranya Pemerintah Kota Tanjung Balai dapat memperhatikan kami. Sudah 5 tahunan
ini kami tidak pernah mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah, dan kami juga
sudah berkali kali meminta tolong kepada Kepala Lingkungan setempat, tetapi
tidak diindahkan,” tutup Wahyuni dengan meneteskan air mata.